ana

ana
micro

Label

Sabtu, 28 April 2012


Kelemahan dan Kelabihan Sekolah RSBI Kelebihan RSBI adalah memotivasi para siswa untuk mampu bersaing dalam dunia global. Anak-anak kita tak kalah dengan anak-anak dari negara lain. Siswa-siswa sekolah kita lebih berani mencoba hal-hal baru, dan menantang para guru untuk mengembangkan metode dan model pembelajaran di dunia internasional.Indonesia adalah bangsa yang besar, kita harus bangga dengan predikat ini. kalau malaysia saja dulu belajar dari kita, kenapa kita sekarang yang belajar kepada mereka? Tentu ada sesuatu yang harus dibenahi dalam dunia pendidikan kita. jangan biarkan anak-anak kita lebih percaya belajar di luar negeri daripada belajar di negerinya sendiri. Tentu ini menjadi tantangan kita sebagi para pendidik. Kekurangan RSBI menurut saya, dari segi buku pegangan siswa harusnya berbeda dari sekolah reguler, SDM (guru) kita belum siap, dan masih banyak guru yang belum bisa membuat kurikulumnya sendiri. jangankan membuat kurikulum dalam bahasa Inggris, membuat RPP saja masih banyak guru yang belum benar dalam membuatnya. Pemerintah nampaknya belum siap benar dengan progran RSBI. Kasihan para guru hanya menjadi obyek dari obsesi para penentu kebijakan. Kalau mau jujur ide adanya sekolah RSBI itu bagus banget, tetapi kita sering melupakan potensi daerah atau lokal yang sebenarnya jauh lebih unggul dari kata internasional itu sendiri. Seolah-olah hal-hal yang berbau tradisional itu kuno dan ketinggalan jaman. Dalam Bab XIV pasal 50 ayat 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional. Sejak adanya RSBI di sekolah kami, justru tidak ada yang namanya pertukaran pelajar. Dulu sebelum RSBI, kami saling bertukar pelajar, dimana pelajar dari luar negeri beberapa bulan sekolah di tempat kami dan pelajar kita sekolah beberapa bulan di tempat mereka. Adanya RSBI rupanya belum memenuhi harapan semua pihak. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengeluh karena mahalnya sekolah yang sudah membuka kelas internasional. Sudah begitu, mereka harus juga ikut UN, yang ternyata nilai siswa RSBI nilai UN-nya lebih rendah daripada siswa kelas reguler. Jadi untuk apa masuk ke kelas internasional, kalau juga masih ikut UN? Mungkin saya perlu bertanya pada rumput yang bergoyang. Sebagai ibu kota negara, Jakarta sudah tentu harus lebih siap dalam menjalankan tuntutan undang-undang ini dengan mengembangkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di semua jenjang pendidikan. Namun sangat tidak menutup kemungkinan, pada masa mendatang banyak lagi sekolah yang memiliki potensi berkembang dari SSN (Sekolah standar Nasional) menjadi RSBI. Tentunya perkembangan ini harus berjalan alami, bukannya dipaksakan. Sebab berkembang menjadi RSBI bukanlah hal yang mudah bagi sekolah. Apalagi bila sekolah itu ternyata tidak siap untuk membuka RSBI. Jangan sampai mutu sekolah RSBI lebih rendah dari sekolah SSN. Menurutnya, sepuluh kelemahan mendasar program SBI itu harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan. Kelemahan pertama, program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk."Bisa dibuktikan, bahwa tidak jelas apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam dalam SBI," Kedua, SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang terjadi justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).Ketiga, program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris, seorang guru harus memiliki TOEFL> 500."Padahal, tidak ada hubungannya antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard sciencedalam bahasa Inggris. TOEFL bukanlah ukuran kompetensi pedagogis," paparnya. More and lack RSBI School Excess RSBI is to motivate the students to be able to compete in a global world. Our children are not lost with children from other countries. School students we are more willing to try new things, and challenged the teachers to develop methods and models of learning in the world internasional.Indonesia is a great nation, we should be proud of this title. if malaysia just had to learn from us, why we now are learning to them? Certainly there is something that must be addressed in our education. do not let our children learn to believe more study abroad than in his own country. Of course this is a challenge we as a teachers. RSBI deficiency in my opinion, in terms of student handbooks should be different from regular schools, human resources (teachers) are not ready, and many teachers are not able to make its own curriculum. let alone create a curriculum in English, making the RPP are still many teachers who have not been true in the making. The Government appears not quite ready with the program as RSBI. Sorry for the teachers only became an object of obsession of policy makers. To be honest the idea of school was really good RSBI, but we often forget the local potential or actual area is much more superior than the word itself internationally. As if the things that traditional smell of ancient and outdated. In Chapter XIV, paragraph 3 of article 50 of Law No 20 of 2003 on National Education System, noted that local governments must develop at least one unit to international education. Since the RSBI at our school, it was no such thing as exchange students. RSBI before we exchange students, where students from abroad a few months of school at our school and our students in their place a few months. RSBI presence apparently has not met the expectations of all parties. There are even some people who complain because of the high school that has opened an international class. It had been so, they must also take the national examination, which was the student of UN RSBI value was lower than regular-grade students. So why go to an international class, if the UN is still participate? Maybe I need to ask the swaying grass. As the capital city, Jakarta is certainly should be better prepared to execute the demands of this legislation by developing pioneering international school (RSBI) at all levels of education. But so it is possible, in future many more schools that have the potential to evolve from the SSN (National standard school) to RSBI. Surely this development must go natural, not forced. For progress to RSBI not an easy thing for the school. Moreover, when the school was not ready to open RSBI. Do not let the quality of schools is lower than the school RSBI SSN. He said the SBI program ten fundamental flaws that need to be evaluated, diredefinisi, and need to be stopped. The first weakness, the SBI program is clearly not a complete research that preceded the concept is very bad. "It could be proved, that it is unclear what is to be strengthened, enriched, developed, deepened in the SBI," Secondly, SBI is the wrong program model. Kemdiknas to guide the implementation of the model for the new SBI (news developed), but the opposite is the development of the schools that already exist (existing school). Third, the SBI program have been wrong assumptions. Kemdiknas assume, that the hard science to be taught in English language instruction, a teacher must have a TOEFL score> 500. "In fact, there is no relationship between the TOEFL score with a hard sciencedalam ability to teach English. TOEFL is not a measure of pedagogical competence," he explained.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar