ana

ana
micro

Label

Selasa, 14 Februari 2012

CERIA PANDU ATHFAL

I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Untuk mencapai tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diperlukan usaha dan kegiatan untuk membangkitkan semangat dan kemampuan peserta didik Pandu Athfal. b. Dalam upaya membangkitkan semangat dan kemampuan Pandu Athfal diperlukan: 1) Penanaman aqidah tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah SWT. 2) Kesadaran bahwa berbuat kebajikan itu memerlukan pembiasaan, dan yang tidak baik itu jangan dicoba. 3) Kesadaran bahwa hidup di dunia ini harus bersaudara/ukhuwah: a) sesama manusia; b) sekeluarga; c) sesuku, sebangsa, dan setanah air; d) sesama penganut agama; e) seiman dalam satu agama. c. Dalam upaya mewujudkan hamba Allah yang sadar akan kedudukan dan fungsinya, maka pembi- naannya harus dilakukan sejak dini. d. Allah menyatakan bahwa sertiap diri dan keluarga harus dijaga dari ancaman neraka (Q.S. 66:6). 2. Maksud dan Tujuan a. Pedoman ini dimaksudkan untuk dijadikan pegangan bagi Kwartir dan Satuan Gerakan Kepanduan Hizbul WAthan dalam menyelenggarakan Ceria Pandu Athfal. b. Tujuannya untuk melancarkan setiap usaha dalam mencapai tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wa than. 3. Cakupan Pedoman penyelengaraan ini mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Pengertian dan Faedah Ceria Pandu Athfal. b. Manhaj kegiatan Ceria Pandu Athfal. c. Perencanaan, pengorganisasian, dan tata laksana. d. Dukungan adminintrasi. e. Lain-lain. 4. Dasar a. AD dan ART Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. b. Keputusan Muktamar I Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. II. PENGERTIAN DAN FAEDAH CERIA PANDU ATHFAL 1. Pengertian a. Ceria Pandu Athfal adalah pertemuan para Pandu Athfal untuk melaksanakan kegiatan bersama antar Rumpun dalam beberapa Qabilah. b. Ceria Pandu Athfal adalah kegiatan Pandu Athfal yang bentuk kegiatannya dipilih sesuai dengan: 1) perkembangan, keperluan, dan keadaan peserta didik; 2) perkembangan, keperluan, keadaan persyarikatan, dan masyarakat. 2. Faedah Ceria Pandu Athfal adalah: a. Memberikan aneka ragam/variasi latihan berkala dalam Rumpun Athfal; b. Membina ukhuwah yang baik antara pandu Hizbul Wathan dengan persyarikatan , dan masyarakat; c. Membiasakan tukar-menukar pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan ketrampilan Pandu Athfal; d. Bahan evaluasi bagi para Pemimpin/Pelatih Athfal. 3. Spesifik a. Penyelengaran terpisah antara putra dan putrid; b. Dalam hal tertentu penyelengaraan dapat bersama-sama, tetapi kekhasan tetap terjaga. III. POLA KEGIATAN CERIA PANDU ATHFAL 1. Penyelenggaraan Ceria Pandu Athfal dapat diselenggararakan di tingkat: a. Ranting Muhammadiyah yang diikuti oleh Rumpun Athfal seranting; b. Cabang Muhammadiyah yang diikuti oleh Rumpun Athfal secabang; c. Daerah Muhammadiyah yang diikuti oleh Rumpun Athfal sedaerah. d. Ceria Pandu Athfal diikkuti oleh semua Pandu Ahfal dari semua rumpun. 2. Landasan dan Bentuk Kegiatan a. Landasan kegiatan adalah semnga dan jiwa pandu sesuai dengan kode kehormatan Pandu Hizbul Wathan. b. Ceria Pandu Athfal adalah pertemuan khusus Pandu Athfal. 3. Bentuk Kegiatan Ceria Pandu Athfal dapat berbentuk: a. perkemahan siang; b. permainan bersama; c. bazaar (pasar Athfal); d. rekreasi; e. ketangkasan dan ketrampilan; f. karnaval; g. pameran; h. pentas seni; i. ibadah praktis; j. dan lain-lain. 4. Sifat Kegiatan a. dinamis; b. kreatif; c. rekreatif; d. riang gembira; e. nomatif; f. fastabiqul khairat; (tidak mencari kejuaraan); g. dakwah isllamiah. 5. Arah Kegiatan a. Kegiatan diarahkan kepada pembentukan insan kamil, dengan menggunakan rambu-rambu SKT dan SKP. b. Moto kegiatan, belajar, berlatih, bekerja, ibadah, dan ihsan kepada sesama. c. Prinsip dasar, metode pendidikan, dank kode kehormatan pandu digunakan sebagai standar evaluasi dan penilaian. d. Kegiatan yang menyenangkan direka dalam bentuk cerita, nyanyian, dan permainan. e. Kegiatan sederhana, mudah difahami, mudah dilaksanakan, dan berkesan. IV. PERENCANAAN, PENGORGANISAIAN, DAN TATALAKSANA 1. Perencanaan a. Pembentukan Panitia Penyelenggara, yang bertugas memikirkan, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. b. Perencanaan melliput: 1) bentuk kegiatan; 2) maksud dan tujuan; 3) waktu dan tempat; 4) komposisi panitia; 5) tahap-tahap pelaksanaan; 6) rincian acara; 7) ketentuan peserta; 8) perbekalan dan perlengkapan; 9) biaya; 10) pengawasan, penelitian, evaluasi, dan penilaian; 11) lain-lain. 2. Pengorganisasian a. Ada struktur dan pembagian tugas yang jelas. b. Setiap orang bekerja sesuai dengan kedudukan dan fungsinya tetapi bersifat kolegial. c. Panitia terdiri dari anggota kepanduan HW dan dari luar. d. Anggota Penghela dan Penuntun diutamakan dalam membantu kegiatan di lapangan. e. Pelaksanaan: 1) di tingkat cabang 6(enam) bulan sekali; 2) di tingkat daerah 1 (satu) tahun sekali; 3) antar qabilah berlainan cabang tetapi berdekatan diatur oleh yang bersangkutan. 3. Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab a. Ceria Pandu Athfal adalah tugas, wewenang, dan tanggung jawab: 1) Pemimpin Qabilah untuk tingkat Qabilah; 2) Pemimpin Kwarcab untuk tingkat Kwarcab; 3) Pemimpin Kwarda untuk tingkat Kwarda. b. Petunjuk, dorongan, bimbingan, saran dilakukan oleh Kwarpus dan Kwarwil. 4. Pengawasan, penelitian, dan penilaian a. Pengawasan, penelitian, dan penilaian dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Qabilah, Kwarcab, atau Kwarda. b. Data diambil dari panitia penyelenggara. 5. Laporan a. Laporan dibuat tertulis setelah kegiatan selesai, yang memuat: 1) dasar pemikiran; 2) perencanaan; 3) persiapan; 4) pelaksanaan; 5) penyelesaian; 6) kepanitiaan; 7) peserta; 8) kendala dan solusinya; 9) hasil kegiatan; 10) hasil penilaian; 11) pertanggungjawaban keuangan; 12) kesimpulan dan saran. b. Laporan disampaikan kepada: 1) Kwartir Cabang/ Darah; 2) Majlis Petimbangan, Pemerintah, Masyarakat,Perushaan, dll. 3) Kwarwil dan Kwarpus sebagai bahan untuk disebarluaskan. V. DUKUNGAN ADMINISTRASI 1. Logistik terdiri dari: a. keperluan pribadi; b. keperluan kuntum; c. keperluan rumpun; d. keperluan tempat; e. keperluan acara kegiatan; f. keperluan makan; g. keperluan transfortasi; h. keperluasNkesehatan; i. keperluan keamanan. 2. Pembiayaan a. Pembiayaan dilakukan secara swadaya dan gotong-royong (takafulul ijtima) dari: 1) peserta/orang tua peserta; 2) Qabilah dan Majlis Petimbangannya; 3) usaha panitia dari luar. 3. Pemasukan dan pengeluaran uang dicatat dengan baik untuk memudahkan pembuatan laporan pertanggungjawaban. VI. PENUTUP Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini , akan diatur lebih lanjut oleh Kwartir Pusat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar